Salam Pembuka

Kamis, 17 Mei 2012


“Subhanallah walhamdulillah, karena saya sering menyuruh orang untuk bersedekah, saya diuji bertubi-tubi.”
Pendiri Daarul Qur’an Internasional School, Ustadz Yusuf Mansur, mengaku pernah lupa bahwa manusia tak boleh memastikan sesuatu yang belum terjadi. Yusuf berkisah, pada 1990 lalu, ia yakin dan telah mempersiapkan segala sesuatunya untuk menunaikan ibadah haji.
Namun, menjelang hari pemberangkatan ia memliliki masalah sehingga batal ke Tanah Haram. Begitu pula pada tahun 2003. Saat itu, Yusuf kembali memiliki segala persiapan untuk berangkat ke Arab Saudi. Namun karena terganjal masalah keluarga, lagi-lagi ia batal untuk menunaikan ibadah haji.
”Astaghfirullah. Saya pernah lupa sudah merasa yakin dan memastikan hal yang belum terjadi. La haula wala quwwata illa billah,” ujarnya.
Tahun 2005, media massa kerap menggunakan gelar haji yang melekat pada dirinya. ”Padahal waktu itu saya belum berhaji. Alhamdulillah, itu saya anggap sebuah doa,” ujarnya. Ia pun sengaja tidak mengklarifikasi masalah itu karena gelar haji memotivasinya untuk terus memohon agar Allah mengijzinkannya berhaji.
Setahun kemudian, sebuah travel terkemuka menawarkan dirinya untuk menunaikan ibadah haji secara gratis. Ia pun diamanahkan untuk menjadi pimpinan rombongan. Ia sempat menolak lantaran belum pernah menunaikan haji. Namun pihak travel terus mendesak ustadz yang pernah keranjingan balap motor ini.
Akhirnya, ia pun setuju dan iklan pun dipajang untuk mengajak masyarakat berangkat haji bersamanya. Pendaftaran para calon jamaah haji pun mengalir. Antusias masyarakat yang ingin pergi bersamanya begitu tinggi.
Tapi Allah masih berkehendak lain. Menjelang pemberangkatan, pihak travel membatalkan dengan alasan jika belum berhaji tidak diizinkan memimpin rombongan. Akhirnya, pihak travel menawarkan dirinya menjadi jamaah lebih dulu, dan tahun berikutnya menjadi pemimpin rombongan.
Tapi tawaran tersebut tak lagi gratis namun mendapat diskon hampir setengah harga. Pria kelahiran Jakarta, 19 Desember 1976 ini mengaku sempat menangis. Bukan karena biaya gratis yang dibatalkan. Ia khawatir merasa membohongi masyarakat dan membuat kecewa banyak calon jamaah.
Namun, ia lebih sedih lantaran Allah tak jua memanggilnya untuk ke Tanah Suci. Ayah empat putra tersebut hampir saja khilaf dan memarahi pimpinan travel. Tapi ia terus bersabar dan bertawakal. Penggarap juga pemain film Kun Fa Yakun ini sempat pesimis dirinya takkan pernah berhaji. Yusuf sempat trauma membicarakan masalah haji, tapi kemudian bangkit lagi. Ia kemudian menyerahkan keinginan mulianya kepada Sang Khalik.
Di tengah kondisi yang kurang mengenakkan, tiba-tiba seorang sahabatnya dari luar kota datang dan hendak meminjam uang sebesar Rp 40 juta. Uang tersebut akan digunakan sahabatnya memberangkatkan saudaranya ke Tanah Suci. Karibnya itu memberi jaminan sebuah mobil tua yang kalau dijual harga tertingginya sekitar Rp 30 juta.
”Subhanallah walhamdulillah, karena saya sering menyuruh orang untuk bersedekah, saya diuji bertubi-tubi,” ujarnya. Dengan kesabaran dan keikhlasan, ia pun memberikan uang tersebut kepada kawannya. Sedangkan mobil tua itu ia biarkan saja.
Yusuf sempat bertanya pada Allah tentang hikmah apa yang ada di balik semua ujian kegagalannya berhaji. Setelah pendaftaran haji 2006 ditutup, ia pun pasrah. Tapi di luar dugaan, ia bertemu dengan seorang Habib keturunan Arab yang mengajaknya makan siang.
Di akhir pertemuannya, sang Habib menanyakan kapan berangkat haji. ”Saya cuma katakan, tidak jadi berangkat. Tidak punya uang,” ujar Yusuf.
Allah kemudian menunjukkan Kuasa-Nya. Di saat pendaftaran haji sudah tutup, ia bersama istrinya justru berangkat ke Tanah Haram. Yusuf pun semakin sadar apa yang ada dalam persepsi manusia tidak sepenuhnya benar. Ia pun semakin merasakan kehebatan sedekah yang luar biasa. ”Allah memiliki skenario terbaik,” tuturnya.

1 komentar:

  1. Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Terimakasih yang sebesar besarnya kepada pemilik blog atau room ini untuk segala keikhlasannya sehingga saya dapat berbagi pengalaman dengan saudara sekalian. Perkenalkan saya Widyaningsih dari Kabupaten Lampung Tengah, saya seorang ibu rumah tangga dengan tiga orang anak. suami saya bekerja disalah satu instansi swasta dengan gaji 3 jt/bln. Dengan gaji segitu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tiap bulannya sebab biaya anak sekolah dan berbagai kebutuhan rumah tangga semakin hari semakin tinggi sehingga membuat saya dan suami ingin mempunyai penghasilan tambahan melalui usaha yang akan kami dirikan. saya mencoba coba meminjam uang dibank untuk mendirikan usaha percetakan, alhamdulillah usaha kami lancar . Singkat cerita cobaan dari Allah SWT datang menghampiri kehidupan kami, usaha percetakan kami terbakar habis. akhirnya usaha percetakan yg kami bangun mengalami gulung tikar. Suami saya jatuh sakit krn kepikiran masalah utang bank kami dan akhirnya suami saya meninggal. saya stress dan sempat ingin mengakhiri hidup saya sebab saya tidak sanggup menganggung beban ini seorang diri. Namun ketiga anak saya menjadi alasan saya tetap bertahan, saya hanya bisa berpasrah diri kepada Allah SWT. Namun berkat izin-Nyalah saya dipertemukan oleh seorang sahabat lama yang memperkenalkan saya kepada seseorang yg katanya mampu menyelesaikan masalah utang piutang saya. Setelah bertemu dengan beliau, beliau membimbing saya menyelesaikan masalah saya. Alhamdulillah, allahu akbar allahu akbar masalah utang saya selesai semua berkat beliau K.H. Fikri Mukmin. Singkat cerita Berkat beliau sekarang saya telah memiliki toko bangunan sendiri. Sebagai rasa wujud syukur saya atas segala rezeki yang melimpah ini, saya ingin membagikan nomor beliau kepada anda. Apabila saudara sekalian punya masalah yang sama dengan saya silahkan hubungi beliau di nomor 082-348-884-278. Terimakasih atas perhatian saudara sekalian. Sumpah Demi Allah ini kisah nyata. Allahu akbar Allahu Akbar. Wassalam






















































































    BalasHapus